Tuntaskan Izin Budidaya Lobster di Vietnam, Anjangsana Usaha ke China Ditunda Tiga Minggu

Bisnis_Gksbasra.id – Agenda Anjangsana Usaha ke China yang sedianya dilaksanakan pada 3 Juli 2025 oleh Bandar Laut Dunia Grup (BALAD Grup) resmi ditunda selama tiga minggu.
Penundaan ini dilakukan karena manajemen dan seluruh direksi perusahaan sedang memusatkan perhatian untuk menuntaskan proses perizinan budidaya lobster di luar negeri, tepatnya di Vietnam.
Saat ini, Direktur Utama BALAD Grup bersama Founder Owner HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy sedang berada di Hanoi, Vietnam, guna menyelesaikan perizinan budidaya lobster di Departemen Perikanan, Kementerian Pertanian dan Lingkungan Hidup Vietnam (DOF MAE). Proses ini merupakan bagian dari implementasi Kepmen KKP No. 7 Tahun 2024 yang membagi budidaya lobster menjadi dua jenis: budidaya di dalam negeri dan di luar negeri.
“Untuk bisa melakukan budidaya lobster di luar negeri, wajib terlebih dahulu memiliki usaha budidaya di dalam negeri,” ujar Founder Balad Grup yang akrab disapa Jih Lilur tersebut.
Oleh karena itu, BALAD Grup kini telah mengoperasikan budidaya lobster di dalam negeri, dan tengah mempersiapkan skala besar bersama mitra joint venture-nya di luar negeri, khususnya di Vietnam.
Sebagai bentuk keseriusan, BALAD Grup berencana memperluas wilayah budidaya lobster dari yang sebelumnya hanya empat teluk menjadi 16 teluk di kawasan Gugusan Teluk Kangean, Sumenep, Jawa Timur.
“Luas total area budidaya yang disiapkan mencapai 8.800 hektare, menjadikannya salah satu proyek perikanan budidaya terbesar di Asia Tenggara,” ungkap Jih Lilur.
Diperkirakan, seluruh proses perizinan budidaya lobster di Vietnam akan tuntas pada minggu pertama Juli 2025. Setelah itu, fokus perusahaan akan beralih untuk melengkapi dokumen guna mengajukan izin budidaya lobster di luar negeri kepada Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP RI.
Penundaan anjangsana ke China tidak hanya berdampak pada jadwal survei budidaya teripang di dua provinsi utama—Shandong dan Fujian—tetapi juga pada agenda survei mesin produksi tambang.
“Kami harus menetapkan prioritas. Perizinan budidaya lobster di luar negeri adalah langkah strategis yang mendesak,” tegas Khalilur.
Selain fokus pada sektor perikanan, Direksi BALAD Grup juga tercatat menjabat di dua induk perusahaan tambang besar: Sarana Nata Tambang Lestari (SANTRI Grup) dan Bandar Indonesia Grup (BIG). Kedua grup ini memiliki puluhan blok tambang pasir silika di berbagai provinsi, seperti Jawa Timur, Bangka Belitung, Lampung, dan Kalimantan Tengah.
Kegiatan anjangsana ke China juga dijadwalkan untuk meninjau pabrik mesin produksi pasir silika, timah, dan zirkon. Mesin-mesin ini diproyeksikan akan digunakan untuk memenuhi standar kualitas dua perusahaan besar di Kawasan Ekonomi Khusus JIIPE Gresik: Smelter Freeport dan Pabrik Kaca Xinyi.
Dengan ditundanya anjangsana ke China hingga 24 Juli 2025, seluruh energi korporasi kini difokuskan untuk menyelesaikan proses administratif dan teknis yang dibutuhkan untuk menempatkan Indonesia sebagai pusat budidaya lobster kelas dunia.
“Demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, Kami meyakini Indonesia akan menjadi kiblat baru dunia untuk usaha perikanan budidaya,” pungkas Jih Lilur.